Kamis, 08 April 2010
Tugas Bahasa Indonesia
Puisi adalah sejenis bahasa yang menyampaikan pesannya dengan lebih padat daripada pemakaian bahasa sehari-hari. Bahasa biasanya lazim dipakai untuk mengkomunikasikan informasi atau sebagai bahasa praktis, sedangkan puisi sebagai suatu karya sastra yang dikomunikasikan bukan sebagai informasi, melainkan untuk cipta sastra yang membawakan semacam rasa dan persepsi tentang kehidupan dan mempertajam kontak-kontak kita dengan pengalaman. Untuk memenuhi kebutuhan agar hidup lebih bermakna, dengan kesadaran yang ingin mengetahui pengalaman orang lain serta memahami lebih baik lagi pengalaman diri sendiri.
Unsur-unsur Puisi :
• Tema; makna
Tema merupakan suatu yang menjadi masalah bagi penyair. Untuk memahami tema sebuah puisi, penyair hendaknya membaca puisi tersebut berulang-ulang dengan memperhatikan dan menjelajahi makna kata yang berada didalam puisi tersebut. Penyair tidak cukup mendapatkan makna yang tersurat dalam puisi, tetapi juga memahami makna yang tersiratnya. Kedua makna itu merupakan sebuah awal seorang penyair untuk memahami makna utuh sebuah puisi.
Pengungkapan yang berada didalam puisi yang acuan maknanya bersifat inderawi disebut citraan. Citraan perlu dipahami untuk memaknai puisi secara menyeluruh. Ada beberapa citraan yang digunakan berdasarkan penyerapan inderanya terhadap objek.
Berikut ini jenis citraan dan contohnya dalam puisi:
1. CitraanPerasa
Betapa pedihnya luka di hatiku ini!
2. Citraan Visual
Hai, pemuda!
Jangan pula bersandar di situ!
3. Citraan Gerak
Di luar angin bertiup kencang
Si nenek buta itu berjalan dengan sangat terlunta-lunta
4. Citraan Pendengaran
Hatiku seperti terpanggil
Dasar lautan yang sepi
• Rasa
Rasa adalah sikap penyair terhadap permasalahan yang terdapat didalam sebuah puisi. Rasa merupakan emosional yang terdapat dalam puisi. Hubungan penyair terhadap permasalahan tercermin dalam suasana puisi. Sikap ini akan menumbuhkan kesan tertentu antara haru, murung, ceria, heroic, putus asa.
• Nada
Nada merupakan sikap penyair terhadap pembaca. Bagaimana cara penyair menyikapi pembaca: doktiner, menggurui, menghasut, atau menyindir dipengaruhi tempat lahirnya puisi tersebut
• Amanat; tujuan
Amanat adalah sesuatu yang menjadi tujuan sang penyair sebagai efek tertentu yang didambakan penyair.
Kesimpulan
Puisi merupakan sebuah karya sastra yang penyampaiannya lebih padat daripada pemakaian bahasa yang kita gunakan untuk kehidupan sehari-hari dan puisi juga memiliki unsur-unsur berupa tema, rasa, nada, serta amanat dan tujuan.
Tugas Fisika
RANGKUMAN ATMOSFER
Pola Gerakan Udara dan Kaitannya dengan Kehidupan
1. Konfeksi, Adfeksi, dan Turbulensi
Konfeksi adalah gerakan udara secara vertikal, Adveksi adalah garakan udara secara horizontal, dan Turbulensi adalah gerakan udara tidak beraturan.
Ketiga gerakan udara tersebut sangat mempengaruhi kehidupan penduduk di daerah industri dan gedung bertingkat. Asap industri yang keluar dari cerobong asap akan mengikuti arah dan gerakan udara yang bertiup di daerah itu.
Jika angin yang bergerak horizontal menumbuk pencakar langit (gedung-gedung bertingkat) akan terjadi turbulensi.
- Thunderstrom.
Thunderstrom adalah hujan badai disertai kilat dan halilintar. Kejadian ini khas di daerah tropis (seperti Indonesia) pada musim percobaan, terutama pada masa peralihan musim kemarau memasuki musim hujan.
Bagaimanakah proses terjadinya thundstrom?
Pada musim percobaan di daerah tropis, gerakan udara tropis vertikal (konfeksi) yang demikian kuat sering membentuk awan cumulus yang tumbuh yang tumbuh menjadi awan cumulonimbus (Cb). Awan ini menjulang tinggi pada puncak awan dapat mencapai lapisan tropopause. Bagian dasar awan Cb, materialnya tersusun dari bahan-bahan cair, sedangkan bagian atas tersusun dari kristal-kristak es. Butir-butir air dan kristal es pada awan Cb sebagian bermuatan listrik positif dan sebagian yang lain bermuatan listrik negatif. Jika terjadi loncatan muatan listrik negatif menuju muatan listrik positif maka terjadilah kilat dan disususl suara petir atau halilintar. Loncatan muatan listrik negatif tersebut dapat terjadi dari awan ke awan, dari bumi ke awan, atau sebaliknya dari awan ke bumi.
b.Tornado.
Jika awan cumulonimbus tumbuh sangat besar, garakan konfeksi
sangt kuat, dan gerakan angin juga turun sangat kuat sehingga dalam awan cumulonimbus besar, terbentuk frond panas dan frond dingin. Hal itu menyebabkan muncul tornado. Tornado merupakan angin berputar sering disebut siklon) yang sangat kencang sehingga bisa mencabut pohon besar beserta akarnya, menerbangkan kenderaan roda empat, dan menghancurkan rumah penduduk.
Kaledo - Makanan Khas Kota Palu
Jangan mengaku pernah menginjakkan kaki di Sulawesi Tengah, khususnya Kota Palu, jika Anda belum mencicipi kaledo. Masakan khas Sulawesi Tengah ini termasuk jenis masakan berkuah bening agak kekuning-kuningan dengan rasa yang sangat khas, yakni asem gurih dan pedas. Pada awalnya, masakan ini hanya berbahan baku tulang kaki sapi dengan sedikit dagingnya. Namun, karena penjual kaledo semakin banyak, sehingga tulang kaki sapi semakin sulit didapatkan. Untuk menggantikan tulang kaki tersebut, maka tulang belakang sapi pun disertakan sebagai tambahan bahan utama.
Tidak ada catatan resmi mengenai asal-usul makanan ini. Menurut cerita, konon di wilayah Sulawesi Tengah, ada seorang dermawan yang memotong sapi dan membagi-membagikannya kepada penduduk sekitar. Orang Jawa yang pertama datang mendapat daging sapi yang empuk dan kemudian dibuat bakso. Orang Makassar yang datang berikutnya mendapat bagian jeroan (isi perut), kemudian dimasak coto Makassar. Sementara orang Kaili (suku asli Donggala) yang datang belakangan hanya memperoleh tulang-tulang kaki. Oleh karena tidak ingin mengecewakan keluarganya yang menunggu di rumah, maka tulang-tulang dengan sedikit daging yang masih menempel pun dibawanya pulang ke rumah sebagai obat kecewa. Tulang-tulang tersebut kemudian mereka masak dan jadilah kaledo.
Kaledo banyak dihidangkan oleh masyarakat Sulawesi Tengah pada saat hari lebaran (Idul Fitri maupun Idul Adha) yang disajikan dengan burasa (beras diberi air santan dan dibungkus daun pisang, lalu direbus). Selain itu, makanan khas ini juga sangat cocok disantap bersama nasih putih, singkong atau jagung rebus. Bagi yang mengidap tekanan darah tinggi dan asam urat, sebaiknya lebih berhati-hati. Jangan sampai makan kaledo melebihi porsi yang semestinya.
A. Keistimewaan
Kekhasan kaledo ini terletak pada penggunaan bumbu asam Jawa. Asam Jawa yang digunakan adalah asam yang betul-betul masih muda. Untuk memperoleh konsentrat asam, kulit asam muda digerus bersama dagingnya. Jika menggunakan asam yang sudah tua, kuah kaledo tersebut akan berwarna kuning dan rasanya cenderung lebih manis.
Selain itu, masakan kaledo ini menjadi khas, karena bumbu pelengkapnya, seperti: bawang goreng khas Palu (renyah, tidak mudah lembek, dan tahan lama), sambal, dan jeruk nipis. Bagi mereka yang suka pedas, dapat menambahkan sambal yang sudah ditumbuk kasar. Sedangkan bagi yang suka kecut, dapat menambahkan perasan jeruk nipis.
Sebenarnya, yang menarik dari makanan ini, yaitu pada cara makannya. Daging yang menempel di tulang dan sumsum yang terdapat di dalam rongga tulang tersebut sangat lezat untuk dinikmati. Oleh karena itu, Anda jangan terkejut dan heran ketika melihat cara penyajian masakan yang satu ini. Biasanya disediakan garpu, pisau, sumpit ataupun pipet, yang berfungsi untuk mengeluarkan sumsum dari rongga-rongga tulang sapi tersebut.
B. Lokasi
Makanan khas Palu ini merupakan menu utama warung-warung makan di Sulawesi Tengah. Ada beberapa warung makan yang khusus menyajikan makanan ini, seperti warung makan yang berlokasi di ruas Jalan Diponegoro, Kota Palu; di depan pintu masuk Wisata Pantai Tumbelaka (3 km dari Kota Palu); dan di depan Masjid Baabus Salaam, Loliege, Jl. Raya Palu – Donggala (3 km dari Kota Palu). Selain di Kota Palu dan Donggala, makanan ini juga dapat dinikmati di warung-warung makan di Kabupaten Poso. Untuk menjangaku warung-warung tersebut, para wisatawan dapat menumpang angkutan kota berupa bus kota, taksi dan ojek.
C. Harga
Harga kaledo berkisar antara Rp. 25.000,00 – Rp. 30.000,00 perporsi. (Maret 2008).